Pelajaran Berharga dari Seorang Ayah

“In this life we cannot do great things. We can only do small things with great love.”
~ Mother Teresa

Tanggal 15 September 1995, ketika saya terkejut mendengar berita bahwa ayah saya meninggal dunia di Innsbruck, Austria. Itu adalah perjalanan terakhir ayah saya. Dia sebenarnya mempunyai banyak rencana untuk berpergian dengan saya. Saya bertanya kepada Tuhan, “Kenapa Tuhan? Saya masih membutuhkan ayah saya, saya masih ingin mendengar ceritanya, dan saya masih membutuhkan cintakasihnya….”

Saya berupaya memahami itu adalah kehendak Tuhan. Dan, saya berusaha menerima bahwa ada rencana Tuhan yang indah di balik kepahitan itu. Tetapi, hati saya terus menyangkal bahwa ayah saya sudah pergi. Ketika saya meratapi kepergian ayah saya, sebenarnya saya mendapatkan pelajaran yang bijak dari ayah saya.

Ketika orang-orang mendatangi rumah duka, saya mendengar orang-orang membicarakan ayah saya. Suatu cerita sederhana yang tidak akan saya lupakan. Saya melihat ada banyak kue di saat acara pemakaman. Padahal, saya tidak memesan kue-kue tersebut dan kala saya bertanya kepada sanak keluarga, tidak seorang pun mereka yang memesan kue-kue tadi. Saya berpikir ada kesalahan dan ingin mengembalikan kue-kue itu.

Namun, seorang wanita tua sederhana menghampiri saya. Dengan mata berkaca-kaca, dia berkata, “Itu kue-kue dari saya. Beberapa tahun lalu saya datang kepada Bapak untuk meminjam uang. Bapak memberikan uang dan dia berkata saya bisa mempergunakan uang itu untuk anak-anak saya. Dan, Bapak tidak pernah meminta kapan uang itu dikembalikan. Bapak bahkan tidak bertanya di mana saya tinggal dan bapak tidak kenal saya dengan baik. Dengan uang itu saya membuat kue dan berjualan kue, sampai saya bisa menyekolahkan anak-anak saya hingga sekarang. Saya mendengar Bapak meninggal dunia. Saya tidak pernah punya kesempatan mengucapkan terima kasih kepada Bapak. Saya hanya bisa membawakan kue-kue ini. Tolong diterima.”

Saat itu, saya tidak sanggup berkata sepatah kata pun. Saya tidak mengenal dia dan tidak seorang pun dari keluarga saya mengenal dia. Ceritanya begitu menyentuh hati saya. Ayah saya telah melakukan kebaikan tanpa seorang pun tahu.

Terlintas dalam pikiran saya, nasihat sederhana dari ayah saya, “Saya ingin kamu memiliki segala sesuatu yang berharga di mana tidak seorang pun bisa mencurinya dari kamu. Saya ingin kamu menyimpan kenangan dalam pikiran kamu, dan saya mau kamu mengisi pikiran kamu dengan ilmu pengetahuan dan kebijakan. Hidup yang sederhana, tetapi kaya dalam pikiranmu. Buat hidupmu punya arti, temukan kecantikan di dalam dirimu, dan bersinarlah di antara orang-orang. Bilamana tidak satu pun yang dapat kamu berikan, berikan senyum, berikan semangat, dan kekuatan kamu.”

Saya menyadari nasihat itu mempunyai arti yang dalam. Saya belajar bahwa tidak satu pun yang dapat saya bawa di hari pemakaman saya. Orang tidak akan menghitung berapa banyak uang yang saya miliki dan berapa banyak mobil yang saya punya, atau berapa banyak koleksi barang berharga saya. Orang hanya akan mengingat kebaikan yang pernah saya lakukan untuk mereka. Saya tidak perlu menjadi kaya untuk menolong orang. Saya bisa memberikan mereka kasih sayang, semangat, atau hanya sebuah senyuman. Itu akan menjadi hadiah yang berharga bagi yang membutuhkan.

Ayah saya tidak lagi bersama saya, tetapi nasihat dan kebijakannya tetap tinggal dalam pikiran saya. Saya bisa mengerti Kebenaran nasihatnya dari setiap peristiwa sederhana dalam hidup ini.

Hidup ini singkat, apa yang bisa kita bawa dari dunia ini hanya kenangan dan apa yang bisa kita tinggalkan juga hanya KEBAIKAN bagi orang-orang di sekitar kita.[lkk]

* Lina Kartasasmita lahir di Jakarta 13 Maret 1966. Suka menulis sejak kecil dan mencintai dunia pendidikan. Hasil karya tulisan terdapat di www.wisdom-to-share.blogspot.com atau www.wisdom-to-share.blog.friendster.com. Pos-el: Lkartasasmita[at]hotmail[dot]com.

Comments

Popular posts from this blog

Table topic 1: Never… never give up

We love to love

Dealing with difficult person with acceptance

Suffering and tired

My Relationship with God

“Alone”

I am still here for you

Hundred percent!!

I am perfectly blessed in my imperfection

Please keep doing it