Cintai dirimu sebelum orang lain mencintaimu

Masih ingat waktu kecil ada lagu.” Bukan yang congkak, bukan yang sombong yang disayangi handai dan taulan…” Lagu di jaman Taman Kanak-kanak itu menjadi lagu yang mengajarkan kita bahwa kita tidak boleh sombong agar disayangin orang. Jaman sekarang istilah sombong sudah jarang didengar, kita lebih sering mendengar “ wah narsis tuh” Tapi bagaimana ya walaupun tidak sombong kita juga tidak disayangin orang? Rasanya menarik juga membahas hal ini.

Waktu kecil, kalau ayah saya memuji saya,” Wah anak saya ini rajin belajarnya” Saya langsung mengatakan, ” Iya donk” Tapi sering yang muncul tanggapan orang,” Air laut tuh siapa yang garamin” (mohon dibaca: ini anak menyombongkan diri sendiri) Dengan polos dan lugu saya menjawab sesuai dengan buku cerita yang banyak saya baca,” Lumpang ajaib” Kadangkala kita seringkali dihadapkan pada pilihan mengakui bahwa kita memang luar biasa atau kita menghitung diri kita sebagai orang biasa-biasa aja. Atau bahkan sering kita jadi rendah diri karena di lingkungan kita tidak lazim untuk mengakui bahwa kita ini orang baik, orang yang berprestasi dan orang yang berharga.

Dalam hidup banyak orang yang tidak pernah mencintai dirinya sendiri, tidak pernah melihat kelebihannya dan yang ada selalu membanding-bandingkan dengan orang lain. Pepatah sehijau-hijaunya rumput sendiri masih lebih hijau rumput tetangga. Jadilah kita orang-orang yang bukan rendah hati tapi mala rendah diri. Beda sekali rasanya kalau kita bisa melihat diri kita sebagai orang yang luar biasa, orang yang punya kemampuan dan tidak perlu membandingkan hidup kita dengan orang lain.

Ada keiklasan bagi kita untuk menerima bilamana orang lain lebih berhasil dari kita, ada kebahagiaan tersendiri bilamana kita mampu melakukan suatu pekerjaan bukan lagi berorientasi kepada hasil tapi kepada proses yang telah kita lalui. Saya ingat sekali ketika saya pulang sekolah dan menangis karena saya tidak bisa membuat prakarya menjahit. Ayah saya mengatakan, “Sudah jangan menangis. Itu sudah bagus, sudah kelihatan seperti baju. Kalau teman kamu bisa membuatnya lebih bagus dari kamu itu karena teman kamu lebih ahli dari kamu. Tapi kamu sudah belajar menjahit dan tahu cara menjahit. Itu sudah ilmu buat kamu walaupun kamu tidak mahir melakukannya. Usaha kamu yang lebih penting bukan hanya hasil” Wah itu penghiburan yang paling indah ditelinga saya waktu itu. Saya jadi senang mengetahui bahwa prakarya saya itu adalah karya pertama saya dan saya bangga telah meluangkan waktu dan tenaga untuk belajar melakukannya dengan benar, walaupun saya melihat adanya jahitan yang tidak lurus dan tidak sempurna. Hasilnya mungkin tidak sempurna, tapi saya telah melalui setiap tahapan itu dengan segenap kemampuan saya dan itu adalah suatu perjalanan sempurna. Dan saya tidak pernah lupa bahwa saya diberikan kelebihan dari Tuhan dalam bidang lain yang mungkin teman-teman saya tidak mahir dibidang itu.

Belajar mencintai dan menerima diri sendiri apa adanya adalah suatu berkat, suatu pencerahan bagi hidup kita. Cintai diri kita sebelum orang lain mencintai kita, ketika kita mencintai diri kita dan menghargai diri kita, orang lain akan melihat nilai itu dalam diri kita. Dan itulah saatnya kita menjadi pribadi-pribadi yang luar biasa.

Learning to love yourself is the greatest love of all.
Michael Masser and Linda Creed

**Lina Kartasasmita**
Jakarta, 29 August 2009 at 9.50 PM

Comments

Popular posts from this blog

Table topic 1: Never… never give up

We love to love

Dealing with difficult person with acceptance

Suffering and tired

My Relationship with God

“Alone”

I am still here for you

Hundred percent!!

I am perfectly blessed in my imperfection

Please keep doing it