Posts

Showing posts from August, 2009

Cintai dirimu sebelum orang lain mencintaimu

Masih ingat waktu kecil ada lagu.” Bukan yang congkak, bukan yang sombong yang disayangi handai dan taulan…” Lagu di jaman Taman Kanak-kanak itu menjadi lagu yang mengajarkan kita bahwa kita tidak boleh sombong agar disayangin orang. Jaman sekarang istilah sombong sudah jarang didengar, kita lebih sering mendengar “ wah narsis tuh” Tapi bagaimana ya walaupun tidak sombong kita juga tidak disayangin orang? Rasanya menarik juga membahas hal ini. Waktu kecil, kalau ayah saya memuji saya,” Wah anak saya ini rajin belajarnya” Saya langsung mengatakan, ” Iya donk” Tapi sering yang muncul tanggapan orang,” Air laut tuh siapa yang garamin” (mohon dibaca: ini anak menyombongkan diri sendiri) Dengan polos dan lugu saya menjawab sesuai dengan buku cerita yang banyak saya baca,” Lumpang ajaib” Kadangkala kita seringkali dihadapkan pada pilihan mengakui bahwa kita memang luar biasa atau kita menghitung diri kita sebagai orang biasa-biasa aja. Atau bahkan sering kita jadi rendah diri karena di l

Kesempatan yang berharga

Suatu hari saya mengunjungi rumah duka, ditempat orang menangisi suatu perpisahan yang abadi. Sebenarnya apa yang memicu kesedihan itu? Sering menjadi perenungan saya, baik orang kaya ataupun orang miskin, tua atau muda, yang ada hanyalah kesedihan. Apa sih yang membuat kita berduka ketika kehilangan orang yang kita kasihi? Apakah perpisahan itu sendiri? Atau ketika kita tahu kita tak lagi bersama mereka dan hanya kenangan yang tersisa? Jawabannya menjadi beragam. Mengamati orang-orang di rumah duka selalu saja menarik perhatian saya. Suatu waktu saya mendengar orang berbicara tentang kenangan-kenangan yang tak terlupakan dengan orang yang telah meninggal dunia, atau cerita tentang bagaimana mereka menghabiskan waktu untuk merawat sebelum Tuhan memanggilnya. Tapi ada yang paling menarik adalah ketika orang menyatakan betapa menyesalnya karena belum melakukan ini dan waktu itu telah berakhir, sepertinya banyak pekerjaan yang belum terselesaikan, banyak kenangan yang harusnya masih dapa

Sisi positif dari rasa tersisih

If you judge people, you have no time to love them. Mother Teresa Marshanda stress, berita itu muncul di mana-mana. Banyak komentar seputar artis cantik dan muda belia ini. Saya menyempatkan diri untuk melihat video Marshanda, bukan untuk mencari gossip tapi saya prihatin dengan Marshanda. Dalam video tersebut Marshanda menyebutkan dia mempunyai masalah di sekolahnya dengan teman-temannya. Tepatnya seperti apa yang dialami Marshanda secara detail saya tidak tahu, tapi saya pun memiliki pengalaman yang tidak menyenangkan seperti yang dialami Marshanda. Sekolah yang seharusnya menjadi tempat kita mencari teman kadang tidak selalu menjadi tempat yang menyenangkan Saya terlahir dari pasangan keturunan Tionghoa yang telah turun menurun tinggal di Indonesia, sejak lahir rambut saya berwarna merah kecoklatan dan bola mata saya berwarna coklat. Warna rambut dan mata saya menjadi tidak lazim bagi sebagian orang. Jelas saya sangat berbeda ketika berada diantara teman-teman. Disekolah banyak s

Pelajaran Berharga dari Seorang Ayah

“In this life we cannot do great things. We can only do small things with great love.” ~ Mother Teresa Tanggal 15 September 1995, ketika saya terkejut mendengar berita bahwa ayah saya meninggal dunia di Innsbruck, Austria. Itu adalah perjalanan terakhir ayah saya. Dia sebenarnya mempunyai banyak rencana untuk berpergian dengan saya. Saya bertanya kepada Tuhan, “Kenapa Tuhan? Saya masih membutuhkan ayah saya, saya masih ingin mendengar ceritanya, dan saya masih membutuhkan cintakasihnya….” Saya berupaya memahami itu adalah kehendak Tuhan. Dan, saya berusaha menerima bahwa ada rencana Tuhan yang indah di balik kepahitan itu. Tetapi, hati saya terus menyangkal bahwa ayah saya sudah pergi. Ketika saya meratapi kepergian ayah saya, sebenarnya saya mendapatkan pelajaran yang bijak dari ayah saya. Ketika orang-orang mendatangi rumah duka, saya mendengar orang-orang membicarakan ayah saya. Suatu cerita sederhana yang tidak akan saya lupakan. Saya melihat ada banyak kue di saat acara pemakaman.

Menjadi busur bagi anak-anak kita

Anak-anakmu bukanlah anak-anakmu Mereka adalah anak-anak kehidupan yang rindu akan dirinya sendiri Mereka dilahirkan melalui engkau tapi bukan darimu Meskipun mereka ada bersamamu tapi mereka bukan milikmu Pada mereka engkau dapat memberikan cintamu, tapi bukan fikiranmu Karena mereka memiliki fikiran mereka sendiri Engkau bisa merumahkan tubuh-tubh mereka, tapi bukan jiwa mereka Karena jiwa-jiwa itu tinggal di rumah hari esok, yang tak pernah dapat engkau kunjungi meskipun dalam mimpi Engkau bisa menjadi seperti mereka, tapi jangan coba menjadikan mereka sepertimu Karena hidup tidak berjalan mundur dan tidak pula berada di masa lalu Engkau adalah busur-busur tempat anakmu menjadi anak-anak panah yang hidup di luncurkan Sang pemanah telah membidik arah keabadian, dan ia merenggangkanmu dengan kekuatannya, sehingga anak-anak panah itu dapat meluncur dengan cepat dan jauh Jadikanlah tarikan tangan sang pemanah itu sebagai kegembiraan Sebab ketika ia mencintai anak-anak panah yang terbang