Sisi positif dari rasa tersisih

If you judge people, you have no time to love them.
Mother Teresa


Marshanda stress, berita itu muncul di mana-mana. Banyak komentar seputar artis cantik dan muda belia ini. Saya menyempatkan diri untuk melihat video Marshanda, bukan untuk mencari gossip tapi saya prihatin dengan Marshanda. Dalam video tersebut Marshanda menyebutkan dia mempunyai masalah di sekolahnya dengan teman-temannya. Tepatnya seperti apa yang dialami Marshanda secara detail saya tidak tahu, tapi saya pun memiliki pengalaman yang tidak menyenangkan seperti yang dialami Marshanda. Sekolah yang seharusnya menjadi tempat kita mencari teman kadang tidak selalu menjadi tempat yang menyenangkan

Saya terlahir dari pasangan keturunan Tionghoa yang telah turun menurun tinggal di Indonesia, sejak lahir rambut saya berwarna merah kecoklatan dan bola mata saya berwarna coklat. Warna rambut dan mata saya menjadi tidak lazim bagi sebagian orang. Jelas saya sangat berbeda ketika berada diantara teman-teman. Disekolah banyak sekali yang suka mengolok-olok saya, mereka mengatakan saya ini bukan orang Indonesia dan juga bukan orang Tionghoa. Mereka memberi saya julukan yang aneh-aneh. Seringkali saya merasa tersisih dan sendirian diantara teman-teman sebaya saya. Perasaan itu membuat saya mencari dunia saya sendiri. Saya sering bercerita kepada ibu saya, sehingga beliau juga berupaya menghitamkan rambut saya dengan memberikan berbagai macam ramu-ramuan. Rambut saya memang mulai menghitam atau lebih tepatnya lebih hitam kecoklat-coklatan, tapi jelas tidak lagi tampak merah kecoklatan. Tapi itu tidak merubah julukan dari teman-teman saya. Hingga kini ibu saya masih menyimpan potongan rambut saya yang berwarna merah kecoklatan. Padahal sekarang ini banyak sekali orang yang mewarnai rambutnya yang hitam menjadi merah kecoklatan, kalau saja di era saya kecil warna merah kecoklatan itu menjadi trend, pasti saya menjadi anak yang paling popular dan bukan lagi yang menjadi korban olok-olokan.

Saya menjadi bosan dengan julukan-julukan aneh itu dan bosan memikirkan bagaimana penampilan saya seharusnya. Saya memilih dunia saya sendiri. Kalau mereka memang membedakan saya dan berfikir saya memang beda. Saya harus jadi diri saya sendiri walaupun saya harus berjalan kearah yang berbeda dari kebiasaan remaja pada umumnya.

Setiap hari sepulang sekolah saya lebih sering mengunci diri di kamar dan membaca. Dari era Majalah Bobo dan Kuncung, hingga kisah “Mahabarata” sampai “Siti Nurbaya”, dari pengarang Marga T hingga Sydney Sheldon, dari komik sampai kitab filsafat. Semua jadi sahabat setia saya. Julukan yang diberikan oleh keluarga saya adalah “si kutu buku” .Saya tengelam dalam bacaan yang mengasyikan dan menimbulkan kecintaan saya kepada karya sastra. Saya memilih buku sebagai sahabat terbaik saya. Saya akan berburu buku-buku sebelum liburan tiba dan saya selalu berupaya mendapat nilai baik agar ayah saya membelikan buku-buku kesukaan saya. Hidup tanpa buku jauh lebih menderita bagi saya dibandingkan tanpa teman.

Ketika saya membuat kilas balik dari perjalanan hidup saya hingga kini. Saya bersyukur karena saya dibedakan oleh teman-teman saya, sehingga saya tidak pernah punya teman bermain di luar rumah, saya harus mengurung diri di kamar dan membaca banyak buku dan itu membuat saya menjadi kaya akan ilmu pengetahuan. Kalau tulisan ini kembali mendapat tempat di www.andaluarbiasa.com berarti masa sulit saya ketika kecil ternyata Tuhan mempersiapkan saya untuk berkarya sekarang.

Adakalanya ketika kesulitan itu datang dalam hidup kita, kita sulit untuk melihat setitik cahaya terang atau sisi positif dari setiap peristiwa yang kita alami. Yang dibutuhkan hanyalah waktu untuk memahami dan melalui segala sesuatu dengan respon yang positif pula.

Di dalam masyarakat umum memang sulit untuk terus bisa menjadi positif karena orang suka sekali memberi penilaian dan lebih mudah menilai yang negatif daripada menilai yang positif. Seperti pepatah mengatakan, semut diseberang lautan tampak, gajah di pelupuk mata tidak nampak. Berapa sering kita juga menilai orang sehingga sulit bagi kita untuk menerima orang itu apa adanya. Tetapi yang lebih memprihatinkan adalah kita tidak mampu menerima diri kita sendiri dan tidak mampu mencintai diri kita apa adanya.

Marshanda stress, kita juga bisa stress. Kita bisa merasa tersisih diantara teman-teman kita, tapi hidup ini pilihan, pilihlah untuk selalu positif dalam hidup karena segala sesuatu ada hikmahnya.

**Lina Kartasasmita**
Jakarta 22 Agustus, 2009 (4.18)

Comments

Popular posts from this blog

Table topic 1: Never… never give up

We love to love

Dealing with difficult person with acceptance

Suffering and tired

My Relationship with God

“Alone”

I am still here for you

Hundred percent!!

I am perfectly blessed in my imperfection

Please keep doing it