“HOW ARE YOU?”

Berada di tengah anak-anak kelas 3 sekolah dasar, memberikan gambaran ketika saya kecil dahulu. Beberapa anak tampak sibuk sendiri dengan kotak pinsilnya, ada yang sibuk membaca dan ada yang berbincang-bincang dengan teman-temannya. Ketika guru yang mengajar memulai pelajaran, anak-anak memusatkan perhatiannya ke ibu guru yang berdiri di depan kelas.

Saya berada di dalam ruangan kelas untuk melakukan observasi proses belajar dan mengajar di kelas tersebut, duduk mengamati selama 40 menit, saya menuliskan beberapa hal di catatan saya. Sekali-kali saya melayangkan pandangan saya ke murid-murid. Terlihat ada anak yang aktif bertanya, ada yang pasif dan ada yang menghindar dari segala bentuk pertanyaaan.

Seusai jam pelajaran, saya hendak beranjak keluar kelas, seorang anak perempuan menghampiri saya, dengan membawa selembar kertas sobekan dari buku tulisnya. Dia menyodorkan kepada saya kertas itu. Saya bertanya,”Untuk saya” Dia hanya tersenyum dan menaruhnya di tangan saya, lalu berlari keluar.

Saya melihat kertas yang agak lusuh tersebut, tertulis,” How are you ibu Lina” dan gambar wanita berambut pendek. Saya tertegun sejenak. Tak pernah terlintas dalam pikiran saya bahwa seorang anak akan memberikan perhatian bagi saya yang hanya duduk diam selama 40 menit di kelas tersebut. Kertas yang sedikit lusuh tersebut dan gambaran tangan seorang anak kecil itu menjadi suatu yang berharga bagi saya saat itu. Ada hikmah yang bisa di petik dari suatu peristiwa sederhana itu.

Betapa sering kita berpikir pemberian kita harus barang yang berharga mahal.Kita berupaya memberikan impresi yang salah kepada orang-orang dengan memberikan barang yang mahal. Tapi kita lupa ketika memberi, ketulusan tidak menjadi dasar pemberian kita. Kita tidak lagi melihat kebutuhan yang sesungguhnya dari orang di sekitar kita. Mungkin orang di sekitar kita hanya butuh pujian, hanya butuh di dengarkan, hanya butuh di tegur atau melihat senyuman. Kita sering tidak lagi perduli ketika orang di sekitar kita telah kering semangat hidupnya. Ketika kepahitan dan kesulitan hidup telah menjadi beban sehari-hari. Ada banyak orang yang menjalani aktivitasnya tanpa semangat tapi seperti membawa beban di punggungnya.

Ketulusan anak itu menggambar saya, adalah suatu ketulusan yang murni dari seorang anak. Dari suatu yang sederhana, anak itu belajar memberi sesuatu dengan tulus. Dia berupaya untuk membuat saya senang. Ya … anak itu membuat saya merasa bahagia, karena dia perduli dengan keberadaan saya. Dia menanyakan “How are you (Apa kabar)” kalimat sederhana yang bermakna lebih ketika kita ingin seorang menyapa kita.

Saya menulis disebagian kertas lusuh itu,” I am fine, thank you. I love your picture. Please keep writing and drawing” Lalu saya menyobeknya sebagian dan memberikan kepada seorang anak untuk mengembalikan potongan dari bagian kertas itu kepada si gadis cilik tersebut. Disela waktu istirahat, ketika saya berada di tenggah guru-guru. Ada bayangan di jendela ruang guru, si gadis cilik itu melambaikan tangannya sambil memegang bagian dari kertas lusuhnya dan mengucapkan “Thank you” Saya tersenyum dan melambaikan tangan kembali dan si gadis cilik itu tersenyum dan lari bergabung bermain dengan teman-temannya. Sebuah senyuman tertinggal di hati saya sepanjang hari itu dan saya yakin si gadis cilik juga punya kebahagiaan sendiri yang cukup untuk disimpannya.

Ketulusan dan perhatian tidak membutuhkan banyak uang untuk di wujudkan. Untuk tersenyum dan melambaikan tangan kita tidak perlu ijin khusus. Hanya keinginan untuk perduli akan memberikan kita kesempatan untuk menciptakan keindahan dan kebahagiaan di hati sahabat dan kerabat kita.

Give what you have. To someone, it may be better than you dare to think.
Henry Wadsworth Longfellow
US poet (1807 - 1882)
**Lina Kartasasmita**
11.30 AM, October 23, 2009

Comments

Popular posts from this blog

Table topic 1: Never… never give up

We love to love

Dealing with difficult person with acceptance

Suffering and tired

My Relationship with God

“Alone”

I am still here for you

Hundred percent!!

I am perfectly blessed in my imperfection

Please keep doing it