Lukisan tanpa cahaya

Bagaimana mengajarkan nilai kecantikan kepada seorang remaja putri merupakan tantangan bagi saya. Menjalanin profesi sebagai seorang guru kadang tidak menempatkan kita hanya untuk mengajarkan mata pelajaran yang kita kuasai. Menjadi guru membuat kita harus mampu menjadi sahabat bagi anak didik kita.
Suatu hari, duduk dihadapan saya seorang remaja putri yang cantik, manis dan cukup pandai di kelasnya. Tapi ada kemurungan diwajahnya. Saya bertanya,”Kenapa kamu kog sedih sekali? ” Dia mulai bercerita dengan mata berkaca-kaca,”Saya tidak tahu apa salah saya bu, tapi teman-teman tidak suka dengan saya” Kebiasaan saya untuk tidak segera menjawab setiap pertanyaan, karena saya tidak mau memberikan jawaban yang asal-asalan. Saya selalu ingat pesan seorang kepala sekolah yang saya hormati, beliau menasehati saya “Kalau jadi guru hati-hati karena kamu tidak hanya mendidik seorang anak, tapi juga keturunannya” Mengingat pesan itu membuat saya selalu berhati-hati.
Berupaya mencari akar persoalan dari diri anak tersebut, saya mengajaknya melihat kembali persoalannya. Dia memiliki kecantikan, kepandaian yang bisa jadi memicu iri hati dari teman-temannya. Tapi yang pasti bukan itu masalahnya, dia mempunyai kebiasaan untuk berbicara dengan nada tajam dan mempergunakan kata-kata kasar. Saya mengatakan kecantikan wajah dan kepandaian itu tidak bisa menutupi sikap kita yang kurang baik. Sehingga teman-teman terpaksa meninggalkan dia. Sulit bagi seorang remaja yang seharusnya menjadi popular karena cantik dan pandai untuk menerima bahwa dia tidak disukai teman-temannya.
Saya mengambil suatu ilustrasi, “ Kecantikan itu seperti lukisan yang luar biasa bagus dan sempurna untuk dilihat dan dikagumi. Tapi suatu lukisan sebagus apapun di dunia ini tetap membutuhkan cahaya. Kita tidak bisa mengagumi keindahan lukisan itu tanpa cahaya. Lukisan yang indah bilamana ditaruh di tempat yang gelap tidak pernah terlihat keindahannya. Cahaya dibutuhkan untuk mengagumi sebuah lukisan yang indah. Cahaya itu adalah sikap kita, sikap baik, sikap ramah, sikap positif dan segala kebaikan hati yang akan memantulkan cahaya kepada keindahan kita. Setiap sikap kita akan memberikan cahaya ke setiap sudut kecantikan kita dan itu yang akan disebut kecantikan dari dalam atau inner beauty. Dalam hidup ini kita selalu harus memilih, apakah kita akan memberikan cahaya bagi kecantikan kita atau kita mau tetap menjadi lukisan tanpa cahaya? Kalau kita sudah memilih memberikan cahaya, mungkin sulit bagi kita merubah sikap negatif menjadi positif dalam satu hari. Tapi ketika kita mengambil keputusan hari ini dan mau menjalani kita telah membuka tabir cahaya kita untuk bersinar”
Kecantikan tanpa cahaya kebaikan hati, adalah lukisan tanpa cahaya. Apalah artinya cantik tanpa sikap yang baik? Ilustrasi itu memberikan sedikit senyuman diwajah gadis itu. Dia berkata,”Bu, saya ingin menjadi lukisan dengan cahaya” Lega rasanya hati saya. Semoga ilustrasi lukisan tanpa cahaya itu tetap diingat gadis itu.

What you do, the way you think, makes you beautiful.
Scott Westerfeld, Uglies, 2005

**Lina Kartasasmita**
At 8.47 PM Jakarta November 21, 2009

Comments

  1. hi Lina.. biarkan cahaya itu menyebar ya.. agar semuanya nampak indah.. krn memang cahaya membawa keindahannya sendiri.. keindahan adalah fitrah dari cahaya... oleh karenanya malaikat bahan dasarnya adalah cahaya.. mari kita bercahaya...

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Table topic 1: Never… never give up

We love to love

Dealing with difficult person with acceptance

Suffering and tired

My Relationship with God

“Alone”

I am still here for you

Hundred percent!!

I am perfectly blessed in my imperfection

Please keep doing it